5/25/10

Agama Dalam Bingkai Kapitalisme Media

Industri media adalah salah satu bentuk industri padat modal. Jumlah uang yang berputar didalamnya mampu menembus angka ratusan milyar, bahkan trilyunan. Sehingga tidak salah jika bisnis media mampu menjadi daya tarik banyak orang unuk menjadikannya sumber penghidupan.
Disamping itu juga, karena sifat dari bisnis media adalah industri kreatif,maka orang-orang yang berkecimpung didalamnya dituntut untuk melalu menyajikan hal yang menarik, informative dan bermanfaat. Sehingga dalam.....
kenyataannya, semua aspek kehidupan manusia tidak satupun yang luput dari olahan tangan-tangan awak media untuk disajikan kembali ke hadapan khalayak.
Kesemua aspek itu, dalam perspektif media merupakan lahan potensial untuk mendatangkan kue iklan sebanyak-banyaknya yang berujung pada modal (kapital). Sehingga muncul istilah ekopolsoshumkam (Ekonomi, Politik, Sosial, Hukum dan Keamanan) sebagai lahan basaha para pekerja media.
Namun, bukan berarti aspek diluar yang disebut diatas tidak bisa menjadi barang dagangan yang laris. Agama juga merupakan komoditas penting dalam mendatangkan uang dalam bisnis media.
Keseluruhan aspek kehidupan yang diolah kembali oleh media dan kemudian ditampilkan kembali kepada khalayak dengan gaya dan corak tertentu, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, itulah yang dinamakan dengan komodifikasi dalam ranah media
Berbicara tentang komoditas media, prinsip yang penting laku menjadi paham utama industri kapitalis ini. Sehingga apapun itu, ketika sudah menjadi urusan media, maka yang ada adalah citra-citra semu dari nilai-nilai yang dibangun media dalam masyarakat.
Ekonimi politik media-lah yang menjadi paham dasar untuk menjalankan komodifikasi seperti yang dimaksud diatas.
Media, dalam kaitannya dengan agama sebagai komoditi dagang mereka, juga telah mengalami komodifikasi. Banyak nilai-nilai sakral sebuah agama tergneralisasi menjadi suatu hal yang tanggung dan praktis akibat ulah media.
Di Indonesia, sebagai agama mayoritas, Islam sendiri telah banyak mengalami pergesern nilai. Media disini memiliki peran yang cukup besar dalam proses perubahan tersebut. Seolah, nilai-nilai agama pada media adalah lebih praktis dan modern ketimbang harus mengikuti ajaran ulama dan kyai kolot.
Hal yang paling nyata dan nampak jelas bisa kita saksikan pada saat bulan ramadhan datang. Di mana pada waktu itu, agama bertemu dengan hiburan. Sehingga, Akh Muzakki dalam artikelnya di Kompas tahun 2003 yang berjudul “Agama, Budaya Pop dan Kapitalisme” menyebutnya dengan istilah “religiotainment”, yakni bentuk kompromi media terhadap nilai-nilai agama untuk menjadikannya komoditas modal yang menarik di mata audien.

No comments: